Kamis, 13 Juni 2013

[Review] Man of Steel, terjawabnya sebuah pertanyaan mendasar: mengapa Superman bisa terbang?

Man of steel merupakan salah satu film yang paling ditunggu-tunggu di tahun 2013 ini. Setelah Christopher Nolan usai menggarap trilogi Batman, The Dark Knight, dengan segala pendewasaan dan kedalaman alur yang memungkinkan untuk dinikmati oleh para penonton dewasa. Film Man of Steel garapan Zack Snyder menjadi sebuah film yang saya tunggu-tunggu. Bukan hanya karena saya penggemar komik DC (dan MARVEL) tapi juga karena rasa penasaran saya terhadap tren melogiskan dari kekuatan masing-masing Superhero. Dalam trilogi Batman, Nolan telah berhasil memuaskan logika saya kenapa seorang Batman dapat memiliki kemampuan tempur yang sedemikian hebat. Karena digambarkan Bruce Wayne telah menguasai berbagai disiplin bela diri sebelum akhirnya dididik secara keras di League of Shadow oleh R'as al Ghul.



Timbul pertanyaan besar dari saya, bagaimana melogiskan kemampuan Superman untuk terbang, kebal peluru, pengelihatan super, dan lain sebagainya. Ternyata terjawab dan terpuaskan sudah rasa penasaran saya dari film ini. Sebelumnya sebagaimana kita ketahui bahwa Superman alias Kal-El merupakan 'alien bertubuh manusia' yang berasal dari planet Kripton yang sudah musnah. Planet tersebut memiliki ekosistem yang tidak seramah bumi, atmosfernya, gravitasinya, dan lain sebagainya. Jadi dengan ekosistem Bumi yang sekian ramahnya jadilah Kal-El memiliki kelainan dalam menyesuaikan kondisi tubuhnya dengan Bumi (jadi teringat komik dan anime Dragon Ball kah?)

'Gravitasi Bumi tidak setinggi kripton, kondisi atmosfer Bumi dan pancaran sinar Bintang kuning di dekat Bumi (Matahari) membuatmu kulitmu lebih tebal, kuat namun inderamu menjadi lebih sensitif'. Kurang lebih begitu ucap 'Jor-El' kepada Clark Kent yang saat itu sedang galau dan bingung.
Awal Superman belajar terbang mengingatkan saya pada adegan Hulk yang melompat-lompat dengan kekuatan lontaran yang sedemikian dahsyat.