Sabtu, 27 Agustus 2016

Rantai Takdir (bagian pertama)

Januari 2015, awal dari sebuah rantai takdir mulai terjalin. 

Sebagai seorang pria penggemar Sherlock sejak 1993, melihat ada sekumpulan orang yang bersedia berkumpul merayakan kegemaran mereka kepada Dewa Detektif karya Conan Doyle mebuatku bersorak kegirangan dan tanpa pikir panjang memutuskan untuk bergabung ke dalam 'pesta' para fanatics tersebut. Acara tersebut diadakan di Conclave, Kebayoran Baru dan saya datang terlambat. 

Di tengah keterlambatan dan keterasingan saya melihat berbagai manusia dengan kostum dari karakter-karakter dalam series Sherlock dari BBC. Segera mataku berkelana melihat keriaan apa saja yang ditawarkan dalam acara tersebut. Saya melihat ada pojok meja berisi berbagai buku detektif, meja lain menjual merchandise dan gimmicks sementara di meja lain menjual topi Sherlock (hunter's hat), tanpa pikir panjang saya segera membelinya untuk kemudian berbaur dalam keriaan yang ada. 

Acara hari itu berjalan menyenangkan, namun bagian terpenting justru berada di akhir acara: hujan yang menghalangi beberapa orang untuk pulang, termasuk saya. Terhalang hujan, saya memutuskan untuk memesan kopi dan bersosialisasi, di situ saya berkenalan dengan Tamara, dari Detectives ID. Beberapa hari kemudian dia mengajak saya untuk masuk ke dalam group WhatsApp Detectives ID. Group itu menarik karena sering dibahas kasus-kasus di dunia nyata maupun dari beberapa novel misteri dan detektif. Menjelang akhir 2015, akan diadakanlah acara Indonesia Readers Festival, komunitas Detectives ID. 

Entah kenapa pada acara IRF 2015 ini saya sedemikian bersemangat sampai saya rela berkontribusi paling awal agar Detectives ID dapat menyewa booth pada acara tersebut. Ternyata di acara dua hari tersebut, tanpa disangka ada sesuatu yang penting yang akan terjadi dalam hidupku. Sesuatu yang akan menjadi awal dari bagian kedua dari tulisan Rantai Takdir ini.


Bersambung...