Senin, 21 November 2016

Berhala I


Wanita bagi pria, Pria bagi wanita
bersesajenkan ilusi cinta dan libido airmata

Harta bagi segala kasta
Tahta bagi penguasa
tersinggasana aroma mulia sementara

Lalu terpanjat doa pada kubur yang keramat
Teruntai shalawat pada hembushembus asap sekarat

Lalu pagan dikomodifikasi media massa
dan fanatisme menjadi kitab suci agamaagama





Depok
2 April 2010

Nganga Luka


Hujan yang menerpa genting berbunyi sangat nyaring
Seakan terburu-buru berlari dari langit meminta tolong

Ada nganga luka di langit

Ada nganga luka di damai senyuman

Hingga deras airmata menerpa degup jantung
Seakan tersuruk-suruk berteriak melolong

Ada nganga luka dari kutikula hingga epidermis yang melapis

Hingga deras darah menetes tiada henti
darah hitam, darah merah, darah putih, darah biru
Menetes semua darah, segala macam darah
darah bercumbu dengan airmata di tanah basah


Lalu teriak hingga pekak namun tak ada senafaspun yang bergerak
kecuali luka yang semakin menganga
Luka yang seumur hidup akan terbuka


Semua berkecamuk mencoba kuliti rasamu
Sementara aku terpasung diantara bunyi dan sunyi
Dan tanpa kabar yang berarti
nganga luka dibebat kawan lama yang kian jemu menunggu




Lalu malam ini ku akan lelap kembali dengan pisau di genggaman


*Depok
*12 Maret 2010 03.30

Tuhan ada di sini

28 Juli 2010
Tuhan ada di sini
Bukan, bukan hanya di hati
Namun di setiap milli eksistensi

Ya, Aku ada karena Dia mencipta
mencipta pikiran, hingga ku dapat berpikir bahwa aku ada

Lalu Kami bersumpah sebagai jiwa
saat raga belum lagi tercipta:
Tuhan Kami satu, Tuhan Yang Maha Esa

Lalu di persimpangan antara walau dan kalau
Yang Maha Hidup mematikan lalu menghidupkan kembali sekehendak-Nya
segala-Nya sesuai kehendak-Nya

Selasa, 20 September 2016

Spy In Love: Kisah Cinta Ala Mata-Mata

DISCLAIMER: Spoiler Alert




Kisah cinta seorang mata-mata memang selalu menarik untuk diangkat menjadi sebuah film. Namun sayangnya film Indonesia masih jarang yang mengangkat tema percintaan dengan latar belakang aksi dunia spionase. Film dari penulis naskah dan sutradara Daniel Rifki menawarkan jenis film tersebut. Film yang melibatkan pemain dan setting dari dua negara yaitu Indonesia dan Malaysia ini memang hendak mengincar penonton dari kedua negara.

Selain pemain lintas negara, film ini juga menampilkan para pemeran lintas generasi. Ray Sahetapi sebagai Satria dipasangkan dengan aktor muda yang menjanjikan Hamish Daud sebagai Putra menjadi para pemeran pria dari Indonesia. Sedangkan para aktris dari negeri jiran yang bermain dalam film ini adalah Siti Saleha sebagai Pevita dan Nasha Aziz sebagai Farida.

Film ini mengisahkan tentang sepasang kekasih berasal dari dua negara, Putra dan Pevita yang saling mencinta dan mengundang orang tua mereka ke Penang untuk meminta restu bagi pernikahan mereka. Putra mengundang Opanya, Satria. Sedangkan Pevita mengundang Mamanya, Farida.
Secara kebetulan Satria juga sedang menangani sebuah kasus yang petunjuknya mengarah kepada lokasi tempat Putra dan Farida bekerja, di Penang.

Pertemuan kedua orang tua ini tidak berlangsung dengan baik, penuh kecurigaan dan salah sangka. Kecurigaan dan salah sangka terus berlanjut sehingga kedua orang tua tersebut semakin tidak setuju dengan rencana pernikahan Putra dan Pevita. Namun ternyata penyelidikan terhadap kasus yang ditangani oleh Satria berkembang dan dia pun terjebak pada situasi yang terpaksa melibatkan Farida.

Bagaimanakah akhir dari pemecahan kasus tersebut dan nasib rencana pernikahan Putra dan Pevita? Saksikan secara lebih lengkap di layar bioskop, film ini akan tayang pada tanggal 29 September 2016.


Selasa, 13 September 2016

Little Piece Of Heaven On A Plate Of Yellow Rice

September 11, 2016

It was such a memorial day for the victims of 9/11 terrorist attack (may their soul Rest In Peace).

Somehow, the day went different for me, it was totally emotionally sweet. As the day was scheduled, bae's Mom will have a little celebration for her birthday. At first I was not invited due to humility reason, but then my fortune is on its way and I was invited by the family, they (father, brother, granny, uncle, aunt, and cousin) will be there for the celebration lunch. I was so psyched. Anticipated, yet surprised the night I was told to come for the lunch.

In the morning, I planned to go the gym, but jobs get in the way - I know it's Sunday, but holiday is only a myth. A man like me works every single day. So, while working on my job, I checked Path timeline and find out that Abang will also have an emotional meeting with his 'dad' today, I felt so excited. I sincerely prayed that things will go well today for him, and also for me.

Then it's time for me to go to the lunch in her home. I arrived on the gate when his uncle was just about to go out, so he opened the gate and let me in. Inside the yard I met her and she was so damn beautiful even without make up. She's a natural blessing. God bless her sweet face. 

I came to the house and it was empty, yet her dogs gathered in front of the door, they welcomed me. Then her father came, her mother and brother followed the appearance. We were waiting for the grandma, bae was calling her sister - she was in Sweden for her Post-Grad Study - so that she could also participate on the lunch.

Before we started eating, we prayed, we sang the birthday song and then we ate. I gave her mom a gift which my mother gave me: Kangen Water, for antiseptic, beauty and also for healthy drink. Then, we talked a lot about this Kangen Water.

The lunch was ready, home-made-natural-organic yellow rice with chicken, scramble eggs, some vegetables. The meal was simple yet it taste delicious in my mouth, it was served with the warmth of a family. Something that I haven't felt in a while. While eating we were also talking get to know her family yet also I let her family know more about me. Through that plates of yellow rice, we had conversations, her family was interesting and I had a good time with them. Then, it come the time for me to leave, but the memory of that afternoon will always stay. The memory of little heaven I found in my bruise-full-heart when I was with her and her family.


Jumat, 09 September 2016

Kedatangan

Tak semua orang suka dengan penantian. Kebanyakan orang malah membenci penantian. Mungkin karena yang dinantikan tak cukup indah untuk mengukir senyum dan memercik binar di dalam tatapan. Tak begitu denganku.

Berada dalam penantian, menunggu kedatanganmu, adalah hal yang sangat menyenangkan. Membayangkan kau masuk ke melalui pintu kaca di salah satu  lokasi waralaba terbesar di dunia lalu aku sambut dengan binar tatapan dan dengan senyum yang aku tahan. 
Membayang wajah lelahmu justru malah memicu degup di dadaku, karena dada bidangku siap menyambut sandaran letihmu. Menanti temu, setelah lebih dari 14 senja kau berada di perantauan dengan sekian banyak picu feromon yang kau lewati. 

Lalu akhirnya kau datang, waktu terhenti, detak di kiri dada melambat, dahagaku, tatapmu, genggaman tangan kita. Tiba-tiba pintu gerbang terbuka, sampailah di akhir jumpa.

Selamat malam wanita sholehah yang tertunda.



Sabtu, 27 Agustus 2016

Rantai Takdir (bagian pertama)

Januari 2015, awal dari sebuah rantai takdir mulai terjalin. 

Sebagai seorang pria penggemar Sherlock sejak 1993, melihat ada sekumpulan orang yang bersedia berkumpul merayakan kegemaran mereka kepada Dewa Detektif karya Conan Doyle mebuatku bersorak kegirangan dan tanpa pikir panjang memutuskan untuk bergabung ke dalam 'pesta' para fanatics tersebut. Acara tersebut diadakan di Conclave, Kebayoran Baru dan saya datang terlambat. 

Di tengah keterlambatan dan keterasingan saya melihat berbagai manusia dengan kostum dari karakter-karakter dalam series Sherlock dari BBC. Segera mataku berkelana melihat keriaan apa saja yang ditawarkan dalam acara tersebut. Saya melihat ada pojok meja berisi berbagai buku detektif, meja lain menjual merchandise dan gimmicks sementara di meja lain menjual topi Sherlock (hunter's hat), tanpa pikir panjang saya segera membelinya untuk kemudian berbaur dalam keriaan yang ada. 

Acara hari itu berjalan menyenangkan, namun bagian terpenting justru berada di akhir acara: hujan yang menghalangi beberapa orang untuk pulang, termasuk saya. Terhalang hujan, saya memutuskan untuk memesan kopi dan bersosialisasi, di situ saya berkenalan dengan Tamara, dari Detectives ID. Beberapa hari kemudian dia mengajak saya untuk masuk ke dalam group WhatsApp Detectives ID. Group itu menarik karena sering dibahas kasus-kasus di dunia nyata maupun dari beberapa novel misteri dan detektif. Menjelang akhir 2015, akan diadakanlah acara Indonesia Readers Festival, komunitas Detectives ID. 

Entah kenapa pada acara IRF 2015 ini saya sedemikian bersemangat sampai saya rela berkontribusi paling awal agar Detectives ID dapat menyewa booth pada acara tersebut. Ternyata di acara dua hari tersebut, tanpa disangka ada sesuatu yang penting yang akan terjadi dalam hidupku. Sesuatu yang akan menjadi awal dari bagian kedua dari tulisan Rantai Takdir ini.


Bersambung...

Kamis, 23 Juni 2016

Badai dan Bajai

Pasti berlalu, kini atau nanti
Kadang tanpa penanda, kanan atau kiri

Selepas pandang, hembus mendendang
Panas dingin, ganti bertandang
Hingga gemuruh, bermuara di ranjang

Terlalu keras
Terlalu keras
Rongrongan angin mengejan
Terlalu deras
Terlalu deras

Pengemudi menepi
Hujan tak jua henti
Mesin mati

The Stupid Son (Part One)

It was early 2000s and 1990s when I lived with my father and three of my younger brothers, after the divorce. Previously, we-the four brothers-lived with our mother until my mother decided that the kids belong to father's responsibility. 

My father and his kids move from one rented house to another. The house we rented were somehow small. Once my father rented a two kavling of 3x4 meters house and make the house connected. Another time my father rented some kind of garage house with funny airway circulation design, thus the house was always hot.

On those houses, we live with no mother, which means we take care of ourselves which means we set schedules for warming the food, cleaning the house, and we took care of our own clothes.

Somehow my younger brother, unlike me, was a popular kid which hang out with another cool kids in school. While he and his friends hang out in our home, I keep doing the housework, even if it is his turn to do the housework. Well, I did that to avoid my father's wrath upon us all (yeah, it's a wrath not just rage because it was mostly much over the top).

I was oftenly avoid having a social companion, I always went to my room to avoid conversations, especially with my father. Thus, most nights I always pretend to be asleep when my father came home after work (unless if it was friday night, because friday nights were time for WWE Smackdown!). 

On one of that night which I pretended to sleep, my father and my younger brother had a conversation about me. I did my favorite thing to do at that time, eavesdropping. 

I was always considered to be the unpopular oldest brother. I was always so quiet, having my own mind, my own world, became a social outcast and had a very bad temper. Somehow that night all those labels of mine was about to be added. 

They talked of how I, as the oldest brother, was the one who was not so bright kid among my friends and brothers. On the other hand, they were discussing of how I was the stupid son. 
I remember that the teenage me was such obedient servant to my parent and family in terms of...serving them. Thus my life and social skills were left behind. I can ride bike when I was 17. My school scores were Nobita-ish, I was too honest (because I was too affraid of Jahannam and Al Maut back then), I was sucks in sport and I was too sentimental.

Well I will never forget that night of how my father and my younger brother perceived me. I didn't care. But I do now. 

Minggu, 27 Maret 2016

(Movie Review) Batman V Superman, Satu Film, Beberapa Komik.

Disclaimer: akan ada beberapa spoiler dalam tulisan ini jadi tidak disarankan membaca bagi mereka yang lemah terhadap spoiler.


Seri kedua dari Superman garapan Zack Snyder sedemikian menggemparkan namun juga mengkhawatirkan. Pasalnya adalah sudah terlalu banyak yang disajikan dalam berbagai trailer yang beredar. Sehingga saya dan beberapa kawan berprasangka apalagi yang diharapkan ada dalam film ini.

Sejak kesuksesan Zack dalam menggarap Man Of Steel (setidaknya sukses membuat saya puas dengan berbagai detail dan easter eggs yang muncul pada film itu) harapan saya untuk film ini cukup tinggi. Namun sebagaimana banyak harapan lainnya. Saya sempat merasa kecewa saat pertama kali menonton Batman V Superman: Dawn Of Justice. Namun saya bukan tipe orang yang kalau sudah tidak suka ya saya biarkan diri saya dalam ketidaksukaan, jadi saya memutuskan untuk menonton sekali lagi film Batman V Superman sebelum memutuskan untuk membuat review tentang film ini.

SETELAH NONTON PERTAMA KALI:

Saat pertama kali menonton #BatmanVSuperman saya merasa amat bosan pada setengah film pertama. Banyak adegan bertele-tele yang disajikan. Dan saya sedemikian kecewa pada Batman yang sering menggunakan pistol dan tak pernah menggunakan utility belt andalannya. Memang Batcar dibuat sedemikian tangguh dengan persenjataan canggih, sehingga bahkan ada heat missiles untuk meledakkan misil yang diluncurkan lawan.

Saat pertama kali menonton, film ini terasa sedemikian surealis, Bruce Wayne seringkali bermimpi. Mimpi buruk tentunya. Kebiasaan Bruce Wayne untuk berlatih pun tidak diperlihatkan sampai tiba saat menjelang pertarungan dengan Superman (Berbeda dengan Batman versi Nolan di mana setiap habis bangun tidur Bruce Wayne selalu melakukan push 100x - atau 1000x?).  Tapi ya ini adalah filmnya Superman, bukan filmnya Batman. Keberadaan Batman di sini hanyalah pelengkap.

Beberapa hal yang saya senang saat pertama kali menonton adalah adanya beberapa adegan yang yang tampak seperti pada komik (dan animasi serta game). Sebagai pria yang pernah menghabiskan masa kanak-kanak berjam-jam main SEGA dengan kaset The Death And Return Of Superman saya sangat kegirangan melihat kemunculan DoomsDay terutama saat adegan dia membunuh Superman.

Bat-Armor yang memang didesain oleh Bruce Wayne untuk melawan Superman



Perkelahian Superman dengan Batman yang diangkat dari komik dan animasi The Dark Knight Returns

SETELAH MENONTON KEDUA KALI:

Menjelang nonton untuk kedua kali, sebenarnya ada perasaan enggan untuk menyaksikan beberapa hal yang tak sesuai ekspektasi saya. Namun biarlah rasa enggan menguap ke angkasa lenyap membaur bersama komposisi udara. Saat menyaksikan film ini untuk kedua kali mental saya sudah lebih siap. Dan ternyata benar, dialog-dialog di awal yang anggap bertele-tele, ternyata banyak substansi dan penanda di dalamnya.

Adegan kelahi Superman dan Batman ini sangat menggambarkan adegan dari The Dark Knight Returns, pun adegan Superman 'bermuka zombie' setelah terkena ledakan nuklir dan kembali menjadi sehat setelah mendapat pancaran sinar mentari. Adegan dalam mimpi Batman pun menjadi sebuah hiburan tersendiri. Komplain saya tentang detail yang kurang diperhatikan langsung berbalik 180 derajat. Di sini saya melihat detail yang ditampilkan. Sebagai penggemar Batman tentu tahu ada beberapa universe dan kostum Batman yang ada, setidaknya ada tiga kostum yang ditampilkan di sini. Dan itu sangat menyenangkan. :)

Selain itu adalah beberapa hal menyenangkan lainnya. Beberapa adegan mengingatkan pada film WATCHMEN (http://www.imdb.com/title/tt0409459/) yang merupakan film Superhero favorit saya yang juga adalah garapan si jenius Zack Snyder. Dalam film WATCHMEN ada dialog "Superman is Real and he's American. No, God is Real and he's American" dan di film BVS ini tuduhan utama terhadap Superman adalah False God. Lagi-lagi Snyder bermain dengan pertanyaan terhadap konsep eksistensi dan konsep ketuhanan melalui film Superhero.

Selain itu, yang semakin menyenangkan dari film ini adalah: WONDER WOMAN. Bukan hanya karena WW diperankan oleh Gal Gadot (my goddess) yang super cantik, tapi lebih pada karakter WW yang ditampilkan. Walau saat awal-awal karakter ini terlihat 'Cat-Woman'-ish dari film The Dark Knight Rises, namun saat memakai armor, semua berubah. Dari dialog "I used to deal with some beasts from another dimensions" hingga senyum yang terpampang saat Wonder Woman dilempar, dipukul dan terseret jatuh oleh DoomsDay (yang seakan menggambarkan WW sedang bermain dengan peliharaannya - sangat berbeda dengan wajah tegang Batman dan Superman - atau mungkin mereka berdua tegang bukan karena DoomsDay tapi karena...ah sudahlah).

Peran Wonder Woman yang cukup dominan dalam melawan DoomsDay menjadi hiburan tersendiri.


Last but not least, the ultimate human-enemy of Superman: Alexander Luthor a.k.a Lex Luthor. Menjadi sebuah kenikmatan tersendiri melihat psikopat kaya raya diperankan oleh aktor yang pernah memerankan seorang milyarder yang agak anti-sosial namun sukses membuat media sosial terbesar hingga saat ini. Walaupun karakter dari Lex Luthor ini digambarkan agak-agak Joker-ish namun tetap menarik.
Lex Luthor yang dialognya penuh dengan 'penanda'
Pada film Man of Steel, Zack Snyder memberikan penanda akan kehadiran Lex Luthor dan Bruce Wayne. Pada beberapa adegan perkelahian antara Superman dan General Zod menggunakan truk dan menghancurkan beberapa bangunan dari LEXCORP. Perkelahian tersebut juga telah menghancurkan salah satu (atau beberapa) gedung milik WAYNE ENTERPRISE (dan di gedung tersebut ada poster KEEP CALM AND CALL BATMAN). Dan adegan paling saya suka di MAN OF STEEL adalah adegan berantem timpuk-timpukan menggunakan satelit di angkasa. Satelitnya milik siapa? Tentunya milik WAYNE ENTEPRISE.

Pada film #BatmanVSuperman ini Snyder juga memanjakan para fans dengan penanda (atau Easter Eggs) dari seri selanjutnya dari film Superman ini. Selain penanda yang jelas tentang akan hadirnya The Flash, Aquaman, dan Cyborg, juga ada penanda seperti muncul karakter dari masa depan yang interupsi dan menyampaikan pesan ke Batman "You have to find us. Am I too soon?" (so far tokoh Justice League yang bisa time travelling hanya The Flash). Kemudian ada beberapa hal yang disampaikan oleh Lex seperti "The Devil comes from Above" dan "The bell has been rung, it cannot be un-rung". Siapakah musuh besar Superman yang merasa terpanggil akibat kematian DoomsDay dan Superman. Apakah Darkseid? Parasite? Metallo? Atau mungkin Bizzaro? Lobo? Atau bahkan para 'pengganti' Superman seperti Superman Cyborg, Eradicator, dan Steel? Kita tunggu saja besutan Zack Snyder di seri Superman selanjutnya.




Kamis, 03 Maret 2016

For The Future Is Dark And Full Of Terror

Disclaimer: Tulisan ini dibuat selain untuk #MenulisMaret namun juga didekasikan kepada yang sedang (atau kerap) didera oleh kegusaran, keresahan, kegundahan baik sesaat maupun berkepanjangan

Judul dari tulisan ini diadaptasi (atau lebih tepatnya nyolong) dari ungkapan yang cukup dikenal dalam series kegemaran kita semua  saya, 'Games Of Throne'. Ungkapan yang tertera pada judul tulisan ini merupakan sebuah gambaran singkat tentang kegusaran (yang dialami oleh hampir seluruh umat manusia yang berpikir) tentang masa depan.

Berbicara tentang masa depan, salah satu kaum ---tsaelah kaum--- yang sebentar lagi akan melewati salah satu fase penting dalam hidup mereka. Kaum (ter)pelajar di jenjang Sekolah Menengah, Bulan April, kaum tersebut akan menghadapi ujian kehidupan dan Ujian Nasional (yang entah masih menjadi penentu kelulusan atau tidak). Hal ini membuat saya teringat pada masa-masa saya menjelang UN, dua belas tahun yang lalu.

Saat itu saya adalah satu dari sekian banyak anak manusia 'berseragam putih abu-abu' ---ga dink seragam SMA saya dulu cokelat-krem macam pegawai PEMDA--- yang bingung dan khawatir tentang melanjutkan masa depan yang bagaimana. Kerja? Kuliah? Masuk jurusan apa? Nanti bayarnya bagaimana? Jujur saya sempat ingin menjadi seorang atlet beladiri atau setidaknya pemain SmackDown pertama dari Indonesia, saya juga sempat ingin jadi mata-mata dan pembunuh bayaran (iya saya dulu kebanyakan nonton).

Saya khawatir karena saya (hampir) tak punya kecendrungan khusus terhadap satu bidang (pelajaran). Nilai saya paling tinggi adalah Bahasa Inggris dan Agama. Bapak saya sempat berkata "Yaudah kamu jadi ustadz aja". "Yeah right. Gue jadi ustadz". Balas saya. Dalam hati. Karena berbagai kekhawatiran akhirnya saya menerima berbagai tawaran yang datang, ikut ujian masuk berbagai program kuliah, daftar program Enjuku, daftar kampus-kampus swasta dan negeri, bahkan akhirnya mengambil jurusan IPC untuk SPMB (sekarang bernama SNMPTN). Singkat cerita saya 'terjebak' masuk ke dalam sebuah program professional Diploma Internasional di FTUI yang kuliahnya sudah dimulai sebelum SPMB. Kemudian saya juga lulus SPMB pilihan ketiga: Sastra Jerman UI. Saya akhirnya kuliah. Kekhawatiran selesai? Tidak.

Saya yang sejak kecil sudah berupaya dan bekerja (dari tukang jual plastik di pasar tradisional, hingga jadi tukang roti bakar saat saya SMA) semakin menjadi khawatir dan gusar tentang masa depan pada saat kuliah. Menimbang berbagai aspek: biaya, prospek karir, persaingan kerja. Seorang kawan saya bahkan pernah menambah kekhawatiran saya dengan berpesan "Saran gw sih lu jangan terusin di bidang IT, butuh biaya banyak buat terus update, lu ga akan mampu". Saya tambah khawatir? Tentu. Saya berhenti di bidang IT? Tidak.

Waktu berlalu, saya berhasil menyelesaikan waktu belajar selama kuliah dalam tiga tahun. Sayangnya waktu yang saya perlukan untuk menyelesaikan skripsi/tugas akhir juga selama tiga tahun. Sudah sibuk bekerja sebelum lulus, bekerja di perusahaan, kemudian freelance, kemudian bekerja lagi. Setelah lulus mengajar di sebuah diklat departemen pertahanan, bekerja di perusahaan PMA, dan selanjutnya dan selanjutnya ---tulisan ini juga bisa dianggap bentuk naratif dari curriculum vitae--hingga kini.

Kegusaran yang saya pupuk dan pelihara semenjak remaja, kini tumbuh subur. Semakin subur. Level gusar, gundah, khawatir semakin lama semakin tinggi dan besar. Masa depan semakin tak menentu. Masa depan itu tak tentu, maka harus kita rencanakan. Walau kenyataannya, shit happens. Jadi jangan terlalu khawatir tentang masa depan. Karena khawatir atau tidak masa depan akan gelap dan dipenuhi oleh berbagai teror. Cheerio!

Selasa, 01 Maret 2016

Dua Jembatan dan Satu Hutan (bagian 1 dari 3)

Mimpi dikenal sebagai kembang tidur. Dalam pelajaran agama yang saya pelajari saat SMP, mimpi dibagi tiga jenis: gangguan setan, kembang tidur dan salah satu bentuk petunjuk bagi orang yang beriman. Ketiganya pernah saya alami. Ketiganya (pernah) saya yakini.

Ketika SMP saya seringkali mimpi tentang hari kiamat, dengan berbagai versinya. Dalam beberapa mimpi saya melihat langit runtuh, di mimpi lain saya menjemput beberapa orang dan menyelamatkan mereka dari bencana beruntun, kadang saya mimpi bertarung melawan Dajal dan Ya'juj Ma'juj (yang dalam mimpi saya berbentuk monster besar dan pasukan orang dan monster kecil). Mimpi jenis ini bisa saya kategorikan sebagai mimpi gangguan setan atau yang biasa kita sebut dengan mimpi buruk a.k.a nightmare.

Dalam jenis mimpi 'gangguan setan' lain tak jarang saya mimpi tentang pembunuhan, dikejar-kejar setan, saya menyaksikan diri saya dibunuh, jatuh dari tebing dan lain sebagainya. Hal yang menarik adalah dalam mimpi saya dahulu, saya bisa breaking the 4th wall (walaupun saat itu saya belum familiar dengan istilah tersebut). Dalam beberapa mimpi buruk saya bisa pause, fast forward, bahkan mengganti channel dan tentunya saya bisa berbicara kepada penonton dari mimpi tersebut, yaitu saya sendiri. Dan pesan yang sering saya sampaikan menghancurkan tembok keempat tersebut adalah: "Eh ini kan cuma mimpi, bangun ah" atau "Ya Allah bangunkan hamba dari mimpi buruk ini".

Sayangnya 'kemampuan' tersebut tidak berlaku untuk mimpi indah yang juga dikenal sebagai kembang mimpi. Dalam mimpi saya seringkali baper. Kadang mimpi adegan romansa, kadang mimpi menjadi Spiderman, dan paling sering adalah mimpi makan (maklum dulu untuk makan enak adalah hal yang sangat sulit bagi saya).

Pada saat itu hidup lumayan sulit dan menegangkan, terutama saat penculikan aktivis dan pembunuhan ulama sejak 96, reformasi 98, dan rusuh Sidang Istimewa 99. Satu-satunya hiburan paling menyenangkan bagi saya adalah tidur dan bermimpi. TV yang pernah menjadi warna kental dalam hidup saya pun hanya menyenangkan pada saat minggu pagi, untuk menonton film kartun, dan jumat malam untuk menonton 'SmackDown'. Tidur menjadi hiburan tersendiri karena sebelum tidur pasti saya berniat untuk bisa mimpi indah yang isinya adalah bertemu dengan dambaan hati dan makan makanan enak.

Pada saat SMA mimpi-mimpi yang saya alami lebih bervariasi. Di sini mulai saya merasakan (ingat ya hanya merasakan, ini perasaan belum tentu kenyataan) mimpi sebagai petunjuk bagi orang yang beriman. Sejak akhir SMP saya sudah sering menantang keimanan saya dengan berbagai pertanyaan-pertanyaan fundamental. Beberapa mimpi di SMA menjadi pertanda dari suatu hal yang terjadi di alam nyata. Salah satu kejadian yang paling saya ingat adalah saya mengetahui bahwa sahabat saya sudah jadian dengan gebetan saya, justru dari mimpi.

Mimpi yang menjadi petunjuk ini pun berlanjut hingga beberapa saat kemudian setelah SMA, terutama saat kuliah, saat saya menjadi petualang spiritual. Beberapa mimpi terkini pun masih sering menyiratkan tanda. Seperti salah satunya adalah mimpi saya bersama seseorang, berjalan bergandengan tangan, melewati dua jembatan dan satu hutan. Kemudian di tepi hutan orang tersebut pergi meninggalkan saya karena sudah dijemput oleh seorang pria tampan dalam mobil sedan hitam mengkilat.

Di alam nyata kami sudah melewati satu jembatan bersama. Beberapa saat kemudian kami baru menyadari tentang mimpi tersebut. Entah dua jembatan dan satu hutan dalam mimpi ini memiliki arti denotatif maupun konotatif. Namun yang jelas ada kesedihan yang perlahan merambat, menyadari bahwa perpisahan sudah semakin dekat. Rasa khawatir dan cemas akan masa depan semakin mengada. Tapi mimpi hanyalah mimpi, walau kadang menjadi pertanda.

Berawal dari sebuah akhir, Mimpi hari ini pun dapat diwujudkan (atau terwujud) di kemudian hari. Sebagaimana deadline dibuat bukan sekadar untuk menentukan kapan akan berakhir, namun juga untuk menentukan kapan harus dimulai dan bagaimana akan dijalankan. 'Dua Jembatan dan Satu Hutan' adalah mimpi dari sebuah kenyataan yang bagaimanapun juga harus tetap dijalani, dengan kesadaran.

Minggu, 21 Februari 2016

Chocolate

CHOCOLATE

(disclaimer: tulisan ini dibuat setelah menonton Deadpool dan terinspirasi wajah Wade Wilson yang membuat saya teringat dengan cokelat Ferrero Rocher)

14/02/2016



KAKAO makes me fat!
KAKAO, KAKAO, KAKAO
Makanan para dewa dari bangsa Aztec
Kini menjadi industri kemewahan, hingga Afrodisiak
KAKAO, KAKAO, KAKAO
Makanan, minuman, cemilan, cepuluh
Mendominasi berbagai rasa, sedikit hingga seluruh
KAKAO, KAKAO, KAO, KAO, KAU, KAUKAH ITU?
Hadir saat sedih merundung hati
Seperti ketika ditinggal kekasih
Seperti saat deadline bertubi-tubi
Seperti tagihan datang tak kenal henti
KAKAO makes me fat
But also KAKAO makes me stop feeling sad
Is it?



KAKAO, melambungkanku tinggi seperti harga-harga saat global resesi
KAKAO, meninggi, membeku, pecah, meleleh dan menghujani ladang gandum hingga menjadi COCO
CRUNCH
KAKAO, sehari sebatang, seminggu tujuh batang, sebulan 30 batang
Setahun 30 KG bertambah berat tubuhku, dan mentranformasi diriku menjadi PSK
Pria Seratus Kilo

KAKAO makes me fat!
But I don’t give a fat! I keep eating, I keep eating, I keep eating.

‘Cause I feel awesome after a sip or two of Bailey’s Belgian Kakao
‘Cause I feel happy after a spoonful of Ovaltine and Milo

‘Cause I feel weird, I started this so-called poem with the title CHOCOLATE but I keep calling KAKAO, KAKAO, KAKAO, instead of CHOCOLATE

I was just playing KAKAO, I mean CHOCOLATE
You know I love you

Chimichanga

(dibuat dan dibacakan saat Spoken Word. Unmasked edisi Februari 2016: Valentine Smuchlentine, Yesterday Lounge, Cipete)


Jumat, 19 Februari 2016

(Review) A Copy of My Mind - The Devil is In The Detail, so is The Beauty

Sampai dengan tulisan ini dibuat, saya sudah lima kali menonton film ini. Dua kali saat premiere dan tiga kali setelah film ini tayang di bioskop-bioskop kesayangan anda (walau mungkin anda bukan kesayangan bioskop). Saya pun hendak menonton film ini setidaknya dua hingga tiga kali lagi. Mungkin pertanyaan yang akan timbul atas pernyataan saya pada kalimat sebelum kalimat ini adalah: "Kenapa?" Dan jawaban dari pertanyaan tersebut akan dijelaskan pada beberapa paragraf di bawah ini.

Saat pertama kali menonton film besutan Bang Joko Anwar ini, saya melihat  sangat menikmati bangunan adegan dalam cerita yang sangat rapih namun tetap terlihat alami. Beberapa adegan yang terjalin oleh riuh suasana, di adegan lain adegan terbangun oleh sunyi, dan tampilan wujud dan simbol yang sekilas sederhana namun sarat dengan makna yang sublim. Sederhanya bisa dibilang film ini: "Simple tapi Dalem"

'Hotness Overload', frase tersebut juga menjadi sesuatu yang menggambarkan salah satu daya tarik (utama) dari film yang dibintangi oleh Chicco dan Tara ini. Adegan percintaan yang sangat wajar dan manusiawi namun justru jadi sangat panas. 'Adegan panas' ini tidak terjadi di hotel mewah dengan taburan bunga-bunga. Namun kejadian berbagai adegan romansa terjadi di kamar kos (yang lebih besar dari kamar saya ternyata. envy!) dengan komposisi ruangan khas pecinta film (baca: tukang terjemah DVD bajakan).

Selain kesederhanaan dan panasnya aksi romansa, satu hal yang paling utama yang menarik hati untuk berkali-kali menonton film ini adalah DETIL yang luar biasa. Ya, seperti subjudul dari tulisan ini. Detil yang luar biasa dan menjadikannya indah. Sampai-sampai saya merasa takut ada detil yang terlewat sehingga harus menonton berkali-kali. Detil seperti: anak muda trek-trekan, rombongan iring-iringan moge, pengamen buta, partisan bayaran kampanye yang uangnya kurang, kucing ngulet (salah satu favorit saya), dan juga (ini yang paling saya suka) keringat di dahi para pemain saat bangun pagi. Adegan bangun pagi ini merupakan KOENTJI (selain adzan yang seringkali bersahut-sahutan menimpali adegan hot). Saat menyaksikan adegan para pemain bangun pagi dengan peluh memenuhi wajah mereka, saya merasa sangat relate dan teringat masa lalu saat di kamar yang tidak ber-AC. Adegan bangun ini yang sering menjadi kritik pada film-film (terutama film Indonesia) yang sering menyajikan tampilan bangun pagi tapi sudah full make up dan terlihat cantik. Di film ACOMM ini adegan yang akan kamu lihat adalah adegan orang bangun yang memang apa adanya. Muka bantal.

Detil yang dibangun bukan sekadar dari segi bangunan cerita dan visual, namun juga berbagai macam suara yang disuguhkan (belakangan saya tahu bahwa untuk film ini lebih dari 20 track dibuat untuk mengisi suasana lingkungan tempat para pemain berada). Berbagai suara yang hadir seperti suara ketok-ketok abang bakso, suara tukang roti, suara enci-enci marah, dan suara siaran radio (oh gw mau banget ngisi ini) dan masih banyak lagi.

Film dengan premis sederhana ini pun dengan cantik mampu bermain dengan semiotika dan simbol serta berbagai pesan sublim (maupun frontal) terhadap kondisi perpolitikan, sosial, budaya, dan kemasyarakatan. ACOMM bukan tipe film yang menjual mimpi, namun jenis film yang memberikan penyadaran (bahwa penjahat juga butuh nabung 6 tahun tapi masih belum bisa beli rumah, dan penyadaran lainnya) tentang hidup dan kehidupan kaum menengah ke bawah dengan mimpi sederhana namun tantangan yang luar biasa. Terakhir, meminjam kata-kata dalam tweet mas @newsplatter film ini tentang maling-maling kecil, digilas maling-maling besar.