Jumat, 14 November 2014

Rasa Enggan Mengangkasa

Setelah mengejawantah alam, diantarkan musim, dan sejenak menikmati eufoni
Akhirnya tiba jua pada cerau, lenguh semesta yang paling hakiki
Dari belantara rasa yang paling kacau, hingga paparan foton dari gemintang yang telah lama mati
Kutancapkan pesan berbentuk desau, bahwa segala yang telah mematuhi gravitasi
Enggan melayang ke angkasa kembali


Kecuali bunyi, dengan kecepatannya tak teringkari

Berbagai eksperimen terlaksana, berbagai postulasi terjadi


Dan juga benih benih perjalanan yang akan kita amini
Setelah puja dan doa terucap, maka usai adalah niscaya
Dan tanpa lebih banyak aksara bertebaran di sini
Maka izinkan duet ini
kuakhiri

Rabu, 12 November 2014

(Bunyi) Enggan Sunyi

Peluh meluruh, kau mengaduh, melenguh, berterpaan berpasang-pasang tubuh, sebagian lalu seluruh.

Suara menggema memekakkan, bukan rongga telinga, tapi rongga dada, bukan suara serupa bunyi, namun parade kejayaan menuju sunyi...
  
Dan aku terjerembab di jibaku paling kini, pada jarak memaku kaki di sini, di ujung batas paparan eufoni.

Emosi bereaksi bukan pada indera namun pada realitasnya sendiri. Sehingga bunyi selembut kapas jatuh terdengar bak gemuruh gunung berapi.

Lalu Hening...
Menjadi eufoni yang paling bening
Satu per satu sahutan merdu piano hingga fortississimos bersanding
Dengan attack dan decay dalam tempo berduet dan bertanding
Dalam balutan sustain berjatahan dengan release mendentum nyaring
Lalu kau-aku menjelma flute yang ditingkahi dub-step , now step and sing!

Dan kita mencumbui bunyi-bunyi pada jalur longitudinal, mencapai ekstase pada amplitudo dan eksistensi memencar di udara.

gemuruh dan bara tetap menyala di dada
Saat bermusim-musim gelagat eksploitasi rekan sebangsa
Semakin parah, semakin buatku jengah, semakin tanpa muka
Dan kemiskinan semakin dieksploitasi angka-angka

Saat aku memekik Merdeka
Jemari berpencar menuding mereka
Ada yang bermukim di tengah kita,
Rasa nyaman pada janji yang tak kunjung nyata
Dan perjuangan yang seakan tersia-sia
Juga saat musim janji-manis-tersebar-di-udara
Lalu bunyi menghantarku menjadi penyimak Efek Rumah Kaca

"Kamu tak berubah
 Selalu mencari celah
 Lalu semakin parah
 Tak ada jalan tengah"*

Musim berubah, walau kamu tak
Tak ada yang hendak bermukim, sungguh tak
Termasuk janjimu, pada kenyataan terserak
Dan kami hanya bisa mengulum sesak dengan gigi gemeretak

#DuetPuisi - tema: Eufoni

Senin, 10 November 2014

Tuhan dan ajaran

Kupelajari Tuhan, berbuku-buku
Kudapati penyembah, berkubu-kubu
Tak jarang mengaku jalankan ajaran Tuhan
Walau di jalanan Tuhan jarang dijajar-jajar pikiran
Sekumpulan manusia membela Tuhannya
Sebagian lagi merasa Tuhan tak perlu dibela
Keduanya merasa taat ajaranNya
ajaran Tuhan yang sama, atau Tuhan yang berbeda
Bermacam-macam Tuhan. Beragam-ragam ajaran
Tuhan satu, Tuhan esa. Tapi Tuhanku dan Tuhannya berbeda.
Tuhan dari alam dan isiNya
Tuhan dari Semesta, dwimesta, bahkan bermesta-mesta realitas
Terlalu banyak Tuhan, terlalu ragam ajaran didefinisikan
Dan takkan ada segala sesuatu tanpa Tuhan menciptakan
Begitu juga tulisan ini adalah ciptaan Tuhan.
Jadi sebenarnya aku adalah...

Musim (enggan) Bermukim

Memang,
Memang aku tak lagi hendak turun ke jalan
Meneriakkan yel-yel dan caci maki pada pemerintahan


Namun gemuruh dan bara tetap menyala di dada
Saat bermusim-musim gelagat eksploitasi rekan sebangsa
Semakin parah, semakin buatku jengah, semakin tanpa muka
Dan kemiskinan semakin dieksploitasi angka-angka



Ada yang bermukim di tengah kita,
Rasa nyaman pada janji yang tak kunjung nyata
Dan perjuangan yang seakan tersia-sia
Juga saat musim janji-manis-tersebar-di-udara

"Kamu tak berubah
 Selalu mencari celah
 Lalu semakin parah
 Tak ada jalan tengah"*

Lalu musim berubah, walau kamu tak
Tak ada yang hendak bermukim, sungguh tak
Termasuk janjimu, pada kenyataan terserak
Dan kami hanya bisa mengulum sesak dengan gigi gemeretak


(*cuplikan lagu #EfekRumahKaca - Mosi Tidak Percaya | #duetPuisi)

Jumat, 07 November 2014

Erupsi Enggan Berhenti

Kau minta aku untuk donasi?
Aku bergegas dan layani
yang kesulitan, kesusahan, saudara-saudari
desak pemimpin negeri untuk awas dan bermurah hati



Namun tahukah kau? erupsi enggan berhenti
Sebagaimana enggan usai hati yang kerap menanti
tunggu masa depan terukir dan masa lalu terlangkahi



Namun masa depan apa yang dibentuk oleh rangkaian bencana
Ketika manusia tak pahami saat alam bicara
Lalu berspekulasi apakah hanya  fenomena
Atau ada tersembunyi, tesirat makna


Kau suruh aku berdonasi? Tak usah kau suruh pun hati yang hidup kan tergerak sendiri
Oleh erupsi yang tak kunjung berhenti
Oleh derita saudara sebangsa yang mengiris hati


Kau ajak aku berdonasi? Maka mari
Karena apalah bahagia jika tak berbagi
Maka mari
Jangan tunda lagi

(Alam telah bersuara, saatnya tindakan kita pun bicara)

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------

gambar diambil dari situs: batamtoday.com, wsj.net, viva.co.id