Sabtu, 25 Januari 2014

(Puisi Berantai) Riwayat Hujan - Bagian 1

(Puisi Berantai dengan tema: Riwayat Hujan ini dibuat dengan media WhatsApp pada tanggal 21 Januari 2014)

Sore ini,
Hujan membawa cerita lagi,
terlalu sore untuk
merasa sendiri,
Sepi yang celaka
pagi telah mengacuhkan cerah dengan hujan..
Hilangkan aku dari pandangan senja
Jauh berlari, tapi senja tak henti menghampiri.
Pandangku berkelok...

Semua terlihat samar
lalu rintik mulai menggelitik
Menggelitik pada otak kosong
lebam kurasa kekosonganku
kosong tanpa cerita
Sekosong hati tanpa harapmu kembali... Hujan kini tinggallah ku sendiri
ahh, kubiarkan hujan mengisi
Mengisi kembali dengan bulir air membasahi
basah yang penuh dengan gelisah dan resah
menghibur sedikit kekacauan di otakku
Agar menguap menjadi harapan, dan menyublim menjadi kenangan

Adakah rona pipi yang kuingat kini?
Kenangan usang mana lagi yang kuingat?
Seusang aku dibalik cermin
Seperti terbetot semakin ke dalam sebelum berderak

Lalu, kesedihan mengukuhkan kesepian

Hanya rasa yang menjadi pelipur di setiap lara dari setiap perih rindu yang datang menyiksa
Tak seperti hujan yang kupandang di jendela
Aku mendeburkan rasa yang telah mengerasa tanpa pernah terasa.

Hatiku kemarau sesekali rebas hanya karena air mata, sisanya kerontang panjang.
Alah, aku bisa apa? Memandangi raut wajahmu di bingkai ini?
Tapi untuk beranjakpun aku sulit.

Lalu cumbui dinginnya hujan, yang berlari membasuh wajahmu, turun seketika menyelinap masuk
diserap bumi, hingga tanah pun menghembuskan aroma kehidupan, yang sedari dulu kurindukan.

Entah sampai kapan debar rindu akan selalu tersentak.

Entah sampai kapan rentetan keresahan yang semakin hari semakin deras
*sesak*
Demi aksara yang sempat kau jatuhi dengan anak panah yang sempurna menancap hati.
Kamu tahu? Hujan menjadi pelipurku setelah kau berlalu.

Hingga tiba hujan yang mendewasakan dan air mata menjelma mata air, lalu aku menjelma air tawa

Tawa lantas mengalir ke muara aksara
Lalu ke pusara
Hey Matahari, sore
Lalu semesta mendendangkan lagu kira
Awannya menari-nari memandangimu

Melebur menjadi satu, deru
Lagu dan tarian itu mengiringi langkah kita menuju senja..
Senja yang semakin ngehe saja tenarnya

Cukup!