Rabu, 30 April 2014

B.U.R.U.H



"..dan karena peluh dan darah kami adalah bahan bakar, maka rodaroda ambisi dan gaya hidupmu dapat berputar"


Berabad sudah dan berabad akan keringat kami disuburkan kelaparan

Untuk kami sendiri adalah eksploitasi yang tak berkesudahan

Riuh rendah suara yang akan kami kobarkan hari ini pun semacam sudah dikomodifikasi

Usaha adalah upaya dengan bertubi keteguhan untuk sesuap dua suap nasi

Harapan menjadi asupan gizi, alat pelupa getir, dan endorfin paling asasi

--------------------------------------------------------------------------------------------------------

"Kepada dewa pemberi libur, jangan tujuan hari ini dibuat kabur,
menghimbau agar tidak turun ke jalan, melarikan semarak dari tujuan,"


-1 Mei 2010, 2014, 2018-

Jumat, 25 April 2014

[Movie Review] TRANSCENDENCE





'TRANSCENDENCE' sebuah implementasi visual

 'COGITO ERGO SUM'


Transcendence, film teranyar yang diperankan oleh aktor idaman ribuan wanita: Johnny Depp, merupakan film yang cukup diharapkan untuk menjadi fenomenal dalam konteks filosofis maupun teologis. Namun, beberapa ulasan di website menempatkan film Transcendence sebagai film yang tidak menarik. Bahkan pada situs rottentomatoes.com , yang sering dijadikan referensi untuk melihat 'kemenarikan' sebuah film apakah film itu 'fresh' atau 'rotten', menempatkan film Transcendence ke dalam kategori 'rotten'.

Film ini memang terasa lambat dan terlalu banyak mengeksploitasi visual dalam jarak dekat dan lambat. Bagi penonton awam hal ini sangatlah membosankan, walau secara sinematografis cukup memanjakan mata.

Namun ketika saya menonton film ini dan mengonsumsi paparan transendentalisme dalam balutan teknologi, saya seketika teringat dengan kata-kata mutiara terkenal dari seorang filsuf mahsyur, Descartes: COGITO ERGO SUM; "Aku berpikir maka aku ada."

Dalam film tersebut digambarkan bagaimana 'pikiran' adalah nyawa dari kehidupan. Tentang bagaimana tubuh yang mati namun pikirannya tetap terjaga, maka manusia bisa tetap 'hidup' dan bahkan 'menghidupkan' dengan 'pikiran'. Pikiran menjadi kunci dari transedensi.

Dalam film ini juga digambarkan betapa rasa takut menjadi ibu dari kejahatan (sebagaimana dikutip dari Film Star Wars episode III: Revenge of the Sith).  Rasa takut mengilhami manusia terhadap kegiatan-kegiatan ekstrem. Bahkan karena rasa takut, sebuah organisasi (yang mengaku sebagai organisasi) kemanusiaan tega menghabisi nyawa manusia. Karena sejatinya 'manusia takut pada apa yang tidak mereka mengerti', maka dibutuhkan hati yang berani untuk menyongsong 'peradaban baru'.

Cinta yang menjadi inti dari segala konflik yang terjadi di film ini disajikan dengan manis. Kebutuhan manusia yang saling mencintai untuk saling bersama digambarkan secara mendalam. Dalam kebersamaan yang tak hanya sebatas kebersamaan fisik saja. Karena cinta itu tentang jiwa, selain tentunya proses dan reaksi kimawi dalam tubuh kita.

Banyak perdebatan tentang eksistensi jiwa. Apakah manusia benar memiliki jiwa? Atau manusia hanya makhluk mekanis yang dipermainkan dinamika reaksi kimiawi yang biasa kita kenal dengan perasaan? Jujur saya pun bingung.

Sampai suatu ketika saya mendapat jawaban bahwa: "Kita tidak memiliki jiwa, tapi kita adalah jiwa yang memiliki tubuh." Dan jika jiwa dan pikiran adalah serupa, maka saya sangat mengamini tentang COGITO ERGO SUM, Aku berpikir maka aku ada, karena mungkin: "Kita tidak punya pikiran, kita adalah pikiran yang memiliki tubuh."







Jumat, 18 April 2014

Sesosok 7 Warna


August 25, 2009 at 1:45am

Gemuruh tangis angkasa meredup
Gelisah langit telah usai dan tertutup
Kini pancaran mentari yang terbias
lenguhkan segenap semesta tanpa batas

Sesosok cahaya berpendar
tatapannya paksa jantungku berdebar
selami ke dalam mencekik hepar hingga gemetar
kutertunduk, merunduk, menekuk, muntahkan sinar-sinar berpencar
merah,jingga,kuning,hijau mataku berkunang sukmakku menggelepar
biru,nila,ungu, lidahku kelu, pandangan terpaku, pada spektrum sinarmu menyebar

"you're impossible to find ..."

senandung pernah pakai mengalun wujudkan semburat sosokmu
sosokmu yang tersenyum, yang termenung, yang menghela nafas, yang tertawa lepas
sosokmu semburat 7 warna memapar eksistensi foton dalam quantum elektromagnetik
warna 7 sesosok mengonggok di tepian pandangan dan pemikiran tentang rasa yang menggelitik
7 warna dalam sesosok betina semacam kau sulitkanku menarik dan menghela nafas
senandung pernah pakai mengalun, selalu wujudkan semburat sosokmu

Aku hanya termangu menatap dalam tatapan matamu sepanjang hari
Dalam benak hanya mampu goreskan aksara hingga kata syairkan bahwa kau begitu berarti
Sosok sinarmu terdispersi ke dalam 7 warna ... karena bagiku kau pelangi

Senin, 14 April 2014

Bisnis Kendali Opini (versi puisi - bagian pertama)

Koar sana koar sini

Hidangan utama sarapan hingga makan malam kita adalah propaganda
dan multi-sosial-non-sosial-media menjadi kudapan setiap saat
tubuh-akal kita menggelambir disesaki arus-ekses-informasi
Hiper-realitas adalah niscaya, ketika yang kita lihat adalah sajian-sajian serupa

Ini adalah bisnis kendali opini, rumor adalah amunisi
Kematian karakter menjadi niscaya
Saat hanya topeng yang kau percaya


*some text missing*


Sekali lagi rumor adalah peluru liar, menyergap benak,
mematikan hening beribu jenak.
.

Selasa, 01 April 2014

Ucapan Selamat Malam

~satu lagi untuk dinda~

Selamat Malam, selamat berserah pada lelap dalam pelukan.
Selamat Malam, selamat istirahatkan raga dan pikiran.
Selamat Malam, walaupun senyummu saat lelap tetap secerah pagi
Selamat Malam, biar kuperhatikan gerak matamu di balik kelopak memicu-memacu mimpi

Selamat Malam, walaupun kita takkan pernah tahu rahasia apa saja yang digenggam tangan tersimpan di hati, terbawa mimpi, kadang ceriakan atau murungkan hari, lalu bermalam-malam bayang senyummu dalam lelap tetap lekat dalam ingatan, dalam guratan.

Semalam lamat-lamat kudengarkan hembus angin membisik rindu pada gemintang yang terusir polusi cahaya, pada senyap yang terusir polusi suara, pada udara yang terusir polusi udara.

Selamat Malam, walau ini sudah pagi...
Selamat Pagi, karena malam telah pergi...

Selamat Malam, tidurlah, karena mata sudah teramat rindu menatap erat-erat kelopak mata dari bagian dalam.

#S(Poem)taneousProject #Code6

Cintai Siapa?

Tak butuh puisi untuk mengungkapkan bahwa kita saling mencinta
Tak butuh alarm untuk bangunkan yang terpendam dalam rasa
Tak perlu bergelas-gelas kopi agar mata kita tetap terjaga
Tak perlu bergegas-gegas ungkapkan yang tersimpan rapih di dalam dada

Karena Kamu adalah Cinta pada diri sendiri, pada kenyamanan, pada kebersamaan
Sedang aku adalah butir-butir huruf yang tertulis pada paparan foton layar telepon di genggaman

Tak butuh puisi untuk mengungkapkan bahwa kita saling mencinta
Dan ini bukanlah puisi ungkapan cinta,
selain pada sosok yang setiap hari kita pandangi di dalam kaca

#S(poem)taneousProject #Code4


catatan: Diksi semakin pasaran mengurangi kenikmatan.

Yang halus dan perlahan meninggalkan

Kesedihan tak pernah gagal menjadi amunisi para pujangga
Walaupun kesedihan tak merupa bulir-bulir air mata
Walaupun kesedihan serupa hembus-hembus halus yang keluar semacam tanpa pertanda

Di hari para manusia banyak 'ngerjain' manusia lain
Seekor manusia yang sudah tak berekor mengharu biru
Ketika pergi dengan kendaraan dan pulang harus meninggalkan
Motor kesayangan yang ditinggalkan secara perlahan

Udara menghembus keluar pengisi rongga di roda merenda-kalut-yang enggan mereda

Bocor halus, katanya.
Kau pulang berjalan kaki saja, ungkapnya
Biarkan aku di sini semalam saja, ujar kendaraan beroda dua tanpa suara

Lalu ia, seekor wanita yang sudah tak berekor mengernyit dahi, mengumpulkan nyali
Berjalan pulang sembari merajut kesedihan bebani kepala hingga ujung jemari
Setelah doa dan caci terucap di mulut berganti-ganti
Maka satu kata pamungkasnya mengakhiri malam yang harus diakhiri:

BODOAMAT!

*ah tapi itu dua kata, tapi BODOAMAT!*

#S(Poem)taneousProject #Code3

#MulaiNgaco

Sajak Kata Ganti

Aku, Kamu, Kita
Terbahasakan proses memula cakap di tengah per dan an
Terbahanakan mula rasa dari tatapan meluruh ke senyuman

Aku, Kamu, Kita
"Dunia serasa milik berdua, yang lain ngontrak"
Entah sejak kapan frase tersebut menjadi relevan pada sepasang hati yang merangkai sajak?
Dua hati yang merangkai sajak katamu? Ya, Aku, Kamu, Kita adalah anak-anak sajak
Aku, Kamu, Kita adalah morfem terikat paling sering tertera dalam puisi-puisi cinta
Karena dia dan mereka adalah nestapa, dia dan mereka adalah neraka.

Dua hati yang merangkai sajak katamu? Bukankah hati kita sudah menyatu?

Mungkin, kataku pada kita, karena...
"kemungkinan tidak selalu jadi mungkin, karena ada dua kemungkinan dari sebuah kata kemungkinan yang pertama mungkin dan yang kedua tidak mungkin."

Permainan kata, permainkan rasa, perasaan bermain kata.

Aku, Kamu, Kita
Jika semua adalah permainan, lalu mengapa dua kata sebelumnya kau kukuhkan menjadi kata selanjutnya.

#S(Poem)taneousProject #Code2

Puisi untuk "A Name of None"

Entah sejak kapan hujan mulai menjelma percik
Di saat tetes mengalunkan gemericik
Tatap kita bertemu saling menggelitik

"Bukan kasta yang kita harus samakan,
Tapi isi kepala" kalimat itu kau tuliskan.
Lalu pada setiap pertemuan, dengan apa rindu kau bahasakan
Pertemuan tanpa temu adalah topeng yang kita kenakan
Sandiwara pada kehidupan, hidup pada kesandiwaran

Dan setiap akhir adalah mula baru bersirkular tak berkesudahan
Dan setiap perpisahan adalah perkenalan dua tangan yang tak lagi hendak bergenggaman.


#S(Poem)taneusProject #Code1