Mengasing kekasih di garis edar
Rusak makna berbenih-benih enggan mekar
"lalu di mana jatah bahagiaku kau sembunyikan?" teriakmu pada suatu waktu di pikiranku
Sedemikian kusam senyum terpasang di parasmu
Sedemikian runyam raut dahaga terpasung di kerutku
Berbagai asumsi dibetot curiga, terus mencelot menerus pandang tanpa raga, tanpa dahaga, tanpa kata-apa
"lalu di mana kau sembunyikan pelajaran dari mereka yang meninggalkanmu dan kini berrumah tangga?" teriak pekat alam sadarku sadarkan alam bawah sadar sedari sadari bahwa kesadaran tak lain adalah penjaga garis edar
Kembali mengasing kami kehilangan mi tersubstitusi u, hingga bertukar tempat a dan u.
Berdiri sendiri.
Pecandu keterasingan.
Mengasingkan diri dari identitas masing-masing, memasang topeng-penuh-bopeng, karena kebenaran boleh jadi enggan mampir di sini.
Kedurhakaan para pengasing yang jua pengasih.
Lalu di hadapan duka kami menjadi duta dari sedak yang tertahan bahak di pelupuk wacana.
Di saat segala tertahan, air mata adalah bahan bakar kata, dan lapar kawanku, lapar itu pertanda.
Bahwa di bawah dada ada terletak lorong-lorong jelajahi-dan-cerna.
Dan tengkar kita dalam tentukan garis edar. Hanya relevan bagi dua hati yang bersimfoni, bersidebar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar