Sabtu, 11 April 2015

(review teater) Psikosis 4.48 pementasan oleh Riset Teater

Post-dramatic Theater, jujur hal tersebut terdengar asing bagi saya yang memang kurang mengikuti perkembangan genre teater. Namun ekspektasi saya - dalam keterbatasan saya memahami genre teater ini - adalah bahwa genre teater ini bisa dibilang kontemporer atau bahkan mungkin 'eksperimental'.  Yang jelas ekspektasi saya terhadap teater jenis ini adalah bukan suguhan pementasan konvensional dengan plot yang jelas.

Ketika sebuah pementasan dibawakan dengan mengusung genre Post-dramatic Theater, terlebih dengan judulnya yang membuat saya bingung di mana saya harus meletakkan ekspektasi saya terhadap pementasan ini. Maka judul Psikosis 4.48, sebuah naskah dari Sarah Kane ini, telah membuat saya menyerah terhadap sajian apapun yang akan saya nikmati.

Benar saja, pementasan Psikosis 4.48 ini dimulai dengan perpaduan teknologi big screen yang ditembak oleh proyektor (yang akhir-akhir ini menjadi tren dan digunakan dalam pementasan beberapa teater di Jakarta) dengan paparan seakan-akan 'suara di dalam kepala'.

Psikosis 4.48 dibawakan oleh Riset Teater Jakarta di Teater Salihara
Dibawakan oleh tiga aktris dan seorang aktor, pertunjukan Psikosis 4.48 cukup meneror kesadaran saya sebagai penonton. Teror yang disajikan dalam bentuk repetisi-repetisi dialog dan gerak, serta interaksi yang menyakitkan antara aktris dengan panggung maupun antar aktris. Dialog-dialog yang diucapkan oleh para aktris dengan intensitas yang kerap tinggi pun mengangkat ritme permainan seiring dengan efek-efek suara yang diberikan. Selain intensitas, dialog-dialog yang kaya dengan atribut seks dan kekerasan juga meneror kesadaran saya. Seks digambarkan sebagai sesuatu yang sangat menyakitkan, sesuatu membuat kecanduan namun meninggalkan rasa sakit yang sedemikian dalam. Secara umum pementasan Psikosis 4.48 yang disutradarai oleh Ferdi Firdaus berhasil memberikan 'kesegaran' dalam konteks sajian yang berbeda. 


Tidak ada komentar: