Sabtu, 02 Desember 2017

Bukan Puisi Makanan

"Repelled deduction, broken conclusion
When hope is crumbled, what left is the remains of destruction"


Kusumpal mulutku dengan jantungku
agar apa yang terucap adalah kata yang mendebar

Jantungku membesar,
sedemikian besar karena telah kupugar,
agar kau nyaman merebah atau bersandar
agar kau menerima rengkuhku dan tersadar

Bahwa jurang usia hanyalah angka dan kitalah penentu kabar
Kelak saat dada kita merapat adalah detak yang akan bersimfoni dan bersidebar

Selalu terbayang dalam angan bahwa malam-malam bersama akan kita lalui dengan mata saling menatap lekat dan imaji kita sudah saling bercinta bahkan sebelum sehelai pakaian pun terbuka, bahwa intelektualitas kita bersetubuh dengan berbagai gaya menghasilkan karya, lenguh dan rintih adalah anak-anak dari buasnya kepuasan

Lalu kamu yang malumalumau, membuatku tergila-gila akan gula-gulamu, membuatku jatuh hati dengan entah apamu, yang ternyata hati sudah jatuh bahkan sebelum bertemu

Lalu langkah harus terhenti di satu malam di awal minggu, tanpa ada kata lagi selain "it was nice knowing you"

Saat kau pergi...

Gie datang dan berbisik "pada akhirnya semua akan menjadi suatu hari yang biasa"

Sapardi menitipkan secarik kertas bertuliskan "sesaat adalah abadi"

Sedangkan seorang sosiopat dari Baker Street datang dan menatap nanar kepada seonggok mayat dengan jantung di mulutnya, seonggok mayat yang bernama kisah cinta. Kemudian sang sosiopat berbisik pada dokter sahabatnya

"Repelled deduction, broken conclusion
When hope is crumbled, what left is the remains of destruction"

Jakarta

2016

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Wow...