Writing Challenge Day 1: Describe Your Personality
Aku selalu mengingat diriku sebagai sesosok anak yang pemalu. Anak yang tumbuh dengan rasa rendah diri yang tinggi. Saking pemalunya, saat sedang berjalan, aku lebih sering menunduk, menghitung langkah kaki. Ketika ada tetangga yang menyapa, tundukku semakin dalam dan aku menjadi semakin terburu-buru dalam mencapai tujuan. Aku merasa antara nyaman dan tidak nyaman dalam kondisi tersebut. Nyaman karena aku jadi tidak harus berinteraksi dengan banyak orang. Tidak nyaman karena dalam beberapa kesempatan, aku jadi berkhayal bahwa betapa aku juga ingin bisa lancar berbicara dengan orang-orang, terutama dengan orang yang aku suka.
Kemudian, aku yang merasa pasrah dengan keadaanku, memutuskan untuk tenggelam dalam berbagai pelajaran yang bisa cari. Salah satunya adalah belajar tentang kepenulisan dan seni peran. Dari Josip Novacovich aku belajar tentang bahwa dalam diri manusia tidak melulu hanya ada satu kepribadian. Bahwa dalam diri manusia bisa tumbuh beberapa pribadi. Tugas penulis adalah menuangkannya dalam kata-kata. Tugas aktor adalah memerankannya dalam karakter yang dihidupkannya.
Aku yakin benar dengan pelajaran itu. Aku jadikan itu sebagai pedoman dan aku jadikan diriku sebagai sebuah ladang, di mana di dalamnya bisa tumbuh beberapa pribadi yang berbeda. Aku letakkan pribadiku yang pemalu di sebuah pojok, dia tumbuh nyaman dalam kesendiriannya. Aku menjelma menjadi dia. Karena aku-aku yang lain seiring waktu akan tumbuh subur di ladang kepribadian ini.
Ada pribadi pemarah namun disiplin dan peduli diri lingkungan yang aku biarkan berakar di sana, karena akar itu datang dari pribadi Ayah dan leluhurnya. Ada pribadi yang sangat erat dalam berketuhanan, aku masih sering bercengkrama dengan aku yang itu hingga sekarang. Ada aku yang (berupaya) untuk bisa bersosial dengan baik, yang supel dan mau berteman dengan semua juga menjadi rindang di sana, pribadi ini yang kemudian membawa aku hingga menjadi seorang yang aktif di berbagai organisasi dan komunitas, pribadi yang selalu ingin belajar dan bisa punya sumbangsih untuk sekitar.
Banyak pribadi-pribadi lain yang tumbuh dengan tingkat kerindangan dan kesuburan yang berbeda-beda. Masing-masing aku biarkan tumbuh bebas di ladang personaku. Tak jarang, jika sedang kesepian mereka saling bercengkrama, saling berdebat, walau tak pernah saling memuji. Di ladang persona, tak aku biarkan pribadiku didefinisikan oleh hanya satu tumbuhan di sana. Tak akan. Karena dengan begitu, aku dan aku-aku yang lain, bisa tetap bersama menjalani hidup, menghadapi yang perlu dihadapi. Karena dengan begitu, sendiri kami bisa bersama.